Memang bukan hal yang mudah untuk mempertahankan idealisme. Selalu saja muncul godaan yang bisa membuat naluri penghambaan kepada kebajikan hidup jadi terkontaminasi. Banyak orang yang kehilangan fatsun dan kearifan ketika dihadapkan pada pilihan-pilihan. Repotnya, pilihan itu sama-sama mengandung risiko. Lihat saja panggung politik pasca-Pileg. Tak sedikit elite politik yang rela menggadaikan idealisme dan gengsi demi bisa ikut menikmati remahan kue kekuasaan. Dalam kondisi demikian, sikap pragmatik akhirnya yang jadi prioritas. Siapa menguntungkan siapa akan jadi pilihan utama.
Hmmm .... Terlepas dari soal kisruh Pemilu 2009 yang dinilai sebagai Pemilu Legislatif terburuk setelah masa reformasi akibat banyaknya pemilih yang gagal masuk TPS lantaran tidak terdaftar dalam DPT, proses koalisi antarparpol agaknya makin mengarah pada asumsi, betapa tidak mudahnya mempertahankan idealisme itu. Bahkan, tak sedikit elite politik yang mengabaikan visi kepartaiannya.
Kiblat politik kontemporer pasca-Pileg agaknya memang sedang mengarah ke partai demokrat. Hasil perolehan suara berdasarkan hitung cepat menunjukkan peningkatan perolehan suara yang cukup signifikan, dari 7% pada Pemilu 2004 menjadi sekitar 20-an% pada Pemilu tahun ini. Tak heran jika banyak elite parpol yang kepincut untuk bisa berkoalisi dengan parpol besutan SBY ini. Meski demikian, pertunjukan teater politik belum usai. Diperkirakan masih akan muncul adegan-adegan seru yang membuat dada penonton naik-turun. Konflik kepentingan antarparpol juga akan makin terasa denyutnya.
Kita berharap panggung politik akan memberikan ending yang manis buat rakyat! ***
Mempertahankan Idealisme
Senin, Juni 29, 2009
SAWALI TUHUSETYA
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
No Response to "Mempertahankan Idealisme"
Posting Komentar